Senin, 05 September 2016

Panggung Gembira 2016 Pondok Modern Darussalam Gontor 5

VIDEO =

Panggung Gembira 2016 Pondok Modern Darussalam Gontor 5




Proses Evakuasi Kecelakaan Maut 2016,Sopir Terjepit Mobilnya-Jl Halmahera Tampo-Plampang KM 2

 Kejadian ini terjadi pada tgl 31 Agustus pkl 19.00.
Kronologi yg dipaparkan masyarakat dan saksi,
mobil melaju kencang.dari arah barat
kota cluring-menuju ke arah plampang.
Dan menabrak Pohon Mahoni di sisi kanan jalan.
TKP jalan raya Halmahera-jl Plampang Tampo-kec Cluring.
Korban Meninggal 1 orng(Sopir)warga plampang & 1 Orng Lagi Kernet,
warga cluring yg Kritis.Evakuasi korban meninggal cukup panjang,mulai pkl 7mlm-9mlm.
Dikarenakan badan korban terhimpit bodi mobil.

VIDEO = 

Proses Evakuasi Kecelakaan Maut 2016,Sopir Terjepit






Sepak Bola Cewek Sexy Lucu Goyang & Waria Final Banyuwangi


VIDEO = Sepak Bola Cewek Sexy Lucu Goyang & Waria FinalBanyuwangi Tampo








Uniknya Tradisi Mepe Kasur Suku Osing Kemiren, Banyuwangi

Ada tradisi unik yang selalu digelar masyarakat Osing, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi setiap menjelag Hari Raya Idul Adha. Yaitu tradisi mepe kasur (jemur kasur-red), sebuah tradisi menjemur kasur secara bersamaan di sepanjang depan  rumah warga sebelum dilaksanakan Tumpeng Sewu, pada malam harinya.

Seperti yang terlihat hari ini, Minggu (4/9). Ratusan warga nampak kompak mepe kasur di sepanjang jalan desa setempat. Di setiap depan rumah penduduk berjajar rapi jemuran kasur.
Uniknya, kasur-kasur tersebut memiliki warna yang seragam, yaitu berwarna dasar hitam dengan pinggiran merah. Sesekali, juga terlihat warga yang sedang memukul-mukul kasur yang mereka jemur itu dengan sapu lidi atau penebah rotan agar bersih.
Masyarakat Using meyakini dengan mengeluarkan kasur dari dalam rumah dapat membersihkan diri dari segala penyakit. Dan khusus bagi pasangan suami isteri, tradisi ini bisa diartikan terus memberikan kelanggengan. Karena setelah kasur-nya dijemur, akan empuk kembali, sehingga lebih nyaman dan bisa tidur seperti pengantin baru.
Hang sun rasakaken, sak bare ngetokaken kasur teko umah, umah katon rumyang lan rijig. Mulo iku awak kroso sehat lan ati adem,” kata Serat, warga Kemiren dengan logat Usingnya yang khas.
Warga lainnya, Faiz Fadloli menambahkan tradisi tersebut telah dilakukan turun temurun sejak lama. "Iki wes dilakoni masyarakat Kemiren mulai bengen tiap tanggal 1 Dzulhijjah," ujar nya. 
Sementara itu, Ketua Adat Kemiren, Suhaimi, mengatakan warga Osing beranggapan bahwa sumber penyakit datangnya dari tempat tidur. Karena kasur dianggap sebagai benda yang sangat dekat dengan manusia sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang ada di kasur hilang. Dengan demikian, mereka akan terhindar dari segala macam penyakit. 
Dijelaskan Suhaimi, kasur berwarna kombinasi hitam dan merah ini, memiliki filosofi yang sarat makna. Merah memiliki arti berani dan warna hitam diartikan simbol kelanggengan rumah tangga. “Biasanya tiap pengantin baru dibekali kasur warna ini. Harapan orang tua, agar rumah tangganya langgeng dan tentrem,” ujarnya.   
Lebih lanjut ia menambahkan, tradisi mepe kasur di kampungnya itu ada aturannya, tidak dilakukan dengan asal-asalan. "Proses menjemur kasur berlangsung sejak pagi hingga menjelang sore hari," kata Suhaimi.
Begitu matahari terbit, lanjut nya, kasur segera dijemur di depan rumah masing-masing sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman. Tujuannya agar dijauhkan dari bencana dan penyakit.
Setelah matahari melewati kepala alias pada tengah hari, semua kasur harus digulung dan dimasukkan. Konon jika tidak segera dimasukkan hingga mata hari terbenam, kebersihan kasur ini akan hilang dan khasiat untuk menghilangkan penyakit pun tidak akan ada hasilnya.
Setelah memasukkan kasur ke dalam rumah masing-masing, warga Using pun melanjutkan tradisi bersih desa ini dengan arak-arakan barong. Barong diarak dari Ujung Desa menuju ke batas akhir desa yang ada di atas. Setelah arak-arakan Barong, masyarakat Using malanjutkan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini masyarakat sebagai penjaga desa.
Sebagai puncaknya, ketika warga bersama-sama menggelar selamatan Tumpeng Sewu pada malam hari. Semua warga mengeluarkan tumpeng dengan lauk khas warga Osing, yaitu pecel pithik alias ayam panggang dengan parutan kelapa. Kekhasan acara ini juga ditambah akan dinyalakan obor di setiap depan pagar rumah warga. (Humas)

Tumpeng Sewu, Tradisi Using yang Diminati Wisatawan

Banyuwangi terus mengembangkan destinasi wisatanya. Bukan hanya kekayaan wisata alamnya, namun budaya dan tradisi masyarakatnya terus dikembangkan. Salah satunya ritual adat Tumpeng Sewu yang digelar oleh masyarakat Desa Kemiren. Minggu malam (4/9), ribuan orang memenuhi jalanan Desa Kemiren.

Di bawah temaram api obor, semua orang duduk dengan tertib bersila di atas tikar maupun karpet yang tergelar di depan rumah. Di hadapannya tersedia tumpeng yang ditutup daun pisang. Dilengkapi lauk khas warga Kemiren, pecel pithik dan sayur lalapan sebagai pelengkapnya. Usai kumandang do’a yang yang dibacakan sesepuh dari masjid di desa setempat, masyarakat mulai makan tumpeng bersama. Suasana guyub dan kebersamaan pun terasa. Meski tak jarang di sekelompok orang yang duduk bersama itu baru saja saling mengenal.
Seperti yang diungkapkan Nuke Ladyna, asal Surabaya, yang merasakan kehangatan warga Kemiren. "Saya tahu Tumpeng Sewu dari Twitter. Dua minggu lalu saya sudah berencana main ke sini. Saat tiba di sini, kami langsung diajak makan bersama warga. Mereka ramah-ramah," kata Nuke. Asisten Dosen Universitas Airlangga itu juga menyatakan terkesan dengan pecel pitik. Dia pertama kalinya melihat pecel petek yang menjadi sajian utama di Tumpeng Sewu. "Saya baru pertama kali ini melihat ayam bakar dicampur bumbu kelapa," kata Nuke.
Hal yang sama dilontarkan oleh wisatawan asal Surabaya lainya, Anggraenny Prajayanti. Gadis yang akrab disapa Aang itu, juga sempat melihat proses pembuatan pecel petek. Aang mendatangi rumah penduduk Minggu siang, untuk melihat bagaimana pembuatan pecel petek. "Ternyata cara masaknya unik. Saya kira dibakar langsung, ternyata didekatkan pada api sehingga lemak dan darah dari ayam itu hilang. Selain itu, nasinya ternyata ditanak dengan cara dikukus," kata Aang.
Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat warga Using, suku asli masyarakat Banyuwangi, yang digelar seminggu sebelum Idul Adha. Sebelum makan tumpeng sewu warga akan di ajak berdoa agar desanya dijauhkan dari segala bencana, dan sumber penyakit karena ritual tumpeng sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala. Setiap rumah warga Using di Kemiren mengeluarkan minimal satu tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya. Pagi harinya sebelum dimulai selamatan masal, warga telah melakoni ritual mepe kasur.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Yanuar Bramuda mengatakan pihaknya terus berupaya mengangkat tradisi lokal Banyuwangi, seperti tumpeng sewu. Menurut dia, tradisi menjadi salah satu daya tarik wisata yang banyak diminati wisatawan. Saat ini banyak travel yang membuat paket-paket wisata yang memasukkan atraksi budaya sebagai salah satu destinasinya. “Kekhasan semacam ini banyak diminati wisatawan. Kami akan terus mendorong bentuk-bentuk wisata ini karena wisata tradisi ini juga bisa memperpanjang lama tinggal wisatawan di Banyuwangi. Mereka yang setelah dari Gunung Ijen, bisa menikmati dulu tradisi Kemiren," kata Bramuda.
Selain itu, lanjut dia, nilai-nilai yang dimiliki warga Banyuwangi yang egaliter dan terbuka juga menopang Banyuwangi dalam membidik segmentasi pariwisata syariah. Pariwisata Banyuwangi saat ini masih didominasi wisatawan asing dari Eropa seperti Perancis dan Belanda. "Tradisi semacam tumpeng sewu ini akan memperluas segmentasi kami ke pasar Timur Tengah dan Asia. Karena karakter wisatawan dinkawasan tersebut menyenangi tradisi swmacam ini. Kami juga sudah ada pembicaraan dengan agen travel dari Malaysia. Mereka tertarik untuk membuat paket wisata yang direct langsung dari Malaysia ke Banyuwangi. Semuanya sedang kita siapkan," ujar Bramuda.
Sampai saat ini wisatawan Banyuwangi sendiri terus meningkat. Pada 2015 wisatawan mancanegara mencapai 40 ribu, dan wisatwan domestik sejumlah 1,8 juta orang. "Target kami tahun 2016 ini wisman tembus 50 ribu, dan domestik 2,5 juta orang. Saat bulan ini sudah 2,1 jta wisatawan yang melancong ke Banyuwangi," pungkas Bramuda. (Humas)

Selasa, 09 Agustus 2016

Raisa dan Tulus akan Semarakkan Jazz Pantai Banyuwangi

Pertunjukan musik Banyuwangi Beach Jazz Festival bakal kembali digelar di Pantai Boom pada 13 Agustus 2016. Ajang musik tahunan tersebut tahun ini bakal disemarakkan oleh sejumlah penyanyi papan atas nasional. Di antaranya adalah Raisa, Tulus, Rizky Febian, dan Adera. Selain itu, ada grup Bunglon dan musisi muda Barsena Bestandhi.


”Penyelenggaraan jazz pantai ini adalah strategi pemasaran pariwisata Banyuwangi melalui event tourism yang bisa menarik kedatangan wisatawan sekaligus mengenalkan destinasi yang ada di sini,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Anas mengatakan, strategi event tourism cukup berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan di daerah yang terletak di ujung timur Pulau Jawa tersebut. Event tourism terbukti bisa memperpanjang siklus destinasi. Misalnya, misatawan yang semula hanya akan menyaksikan api biru di Kawah Ijen, bisa tinggal lebih lama karena akan menikmati jazz pantai.

”Otomatis belanja mereka juga lebih besar di Banyuwangi untuk membeli makan, jasa transportasi, jasa pemandu wisata, dan sebagainya. Biro wisata lokal sudah ada yang menyediakan paket yang memadukan kunjungan ke berbagai destinasi wisata seperti Kawah Ijen, desa adat, menyaksikan Tari Gandrung, atau menikmati pantai-pantai sebelum atau sesudah menyaksikan Banyuwangi Beach Jazz Festival,” jelas Anas.

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda menambahkan, tema Banyuwangi Beach Jazz Festival tahun ini adalah ”Jazz Rise and The Next”. Banyuwangi Beach Jazz Festival tahun ini tampil lebih percaya diri dengan desain panggung cantik yang mampu menonjolkan keindahan Pantai Boom dengan latar belakang Selat Bali. Para musisi papan atas nasional yang hadir akan berbagi panggung dengan sederet musisi muda lokal yang memenangi kompetisi musik Banyuwangi Student Jazz Festival pada April lalu.

”Suguhan musik lokal yang diaransemen ulang dengan sentuhan jazz kontemporer yang menjadi tradisi jazz pantai Banyuwangi setiap tahun diharap mampu merangsang jiwa seni dan kreativitas pemusik lokal Banyuwangi. Oleh karena itu, tradisi kolaborasi unik yang memadukan musik daerah dan sentuhan jazz kontemporer akan tetap dipertahankan di ajang ini,” ujar Bramuda.

Tiket Banyuwangi Beach Jazz Festival dipasarkan mulai harga Rp300.000, dan bisa dibeli secara online maupun melalui sejumlah titik penjualan. ”Penonton akan disuguhi alunan jazz didukung oleh multimedia efek yang akan menambah keindahan pantai dengan deburan ombaknya,” pungkas Bramuda. (humas)

Bupati Lepas Kontingen Jambore Nasional 2016

Bupati Banyuwangi Azwar Anas melepas keberangkatan kontingen Banyuwangi yang akan mengikuti Jambore Nasional (Jamnas) ke 10 tahun 2016 di Bumi Perkemahan Cibubur. Pelepasan itu dilakukan  di pendapa Kabupaten Banyuwangi, Selasa (9/8). Tahun ini Banyuwangi mengirimkan 32 penggalang yang menjadi kontingen Jamnas.

Menariknya, Banyuwangi juga mendapatkan kesempatan istimewa, yakni menjadi wakil Jawa Timur, untuk tampil mempertontonkan seni dan budaya khas Banyuwangi di ajang Jamnas. Ada 42 peserta kontingen kesenian dan pameran yang ambil bagian dalam kegiatan ini. Berbagai tarian, instrumen  serta  seni membatik khas Banyuwangi akan dipertunjukkan.
Saat melepas kedua kontingen tersebut, Bupati Anas menyatakan Pemkab Banyuwangi memberikan dukungan penuh atas prestasi para peserta. Di hadapan para orang tua yang turut mengantar anaknya ke pendapa, Anas menyebut betapa beruntung putra-putri mereka bisa terpilih.
“Berbahagialah putra-putri bapak ibu terpilih mewakili Banyuwangi. Karena tidak semua anak bisa berprestasi. Saya harap anak-anak yang terpilih bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Karena ini kesempatan luar biasa untuk menambah wawasan dan meningkatkan potensi diri,” ujar Anas.
Selain itu, Anas juga berpesan agar seluruh kontingen yang diberangkatkan, bisa menjadi duta Banyuwangi. “Di ajang tersebut, kalian yang merupakan teladan bagi anak-anak muda Banyuwangi yang lain juga punya kesempatan untuk menjadi duta Banyuwangi. Kalian harus punya pemahaman tentang pariwisata Banyuwangi dan  mampu mempromosikan Banyuwangi ke dunia luar,” pesannya.
Sementara itu, salah satu peserta, Bernica Damayanti (14) mengaku senang terpilih untuk ikut Jamnas di Cibubur. “Saya sama sekali tidak menyangka ikut dikirim ke Jamnas. Selama ini saya sangat menyukai kegiatan pramuka dan rajin berlatih karena memang sesuai dengan hobby saya. Ini pengalaman pertama saya. Mumpung ditunjuk, sebaiknya jangan ditolak,” ujar siswi kelas 9 SMP Kristen Alethea, Genteng ini.
Bernica berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menceritakan tentang kekayaan alam serta seni budaya Banyuwangi kepada teman-teman barunya nanti. “Saya sudah mempersiapkan pengetahuan tentang Banyuwangi, khususnya tentang destinasi  wisata dan berbagai event yang digelar untuk menyukseskan pariwisata Banyuwangi,” ungkap putri Bambang Slamet Utomo dan Veronica Martani yang jago renang, menyanyi dan sering ikut kegiatan berkemah tersebut.
Jambore Nasional merupakan pertemuan pramuka penggalang se-Indonesia dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan kwartir nasional tiap 5 tahun sekali. Jamnas ini akan digelar selama 10 hari, mulai 14 – 21 Agustus 2016.
Berbagai kegiatan menarik akan diikuti para peserta. Antara lain Global Development Village (GDV) yaitu program yang membantu meningkatkan kesadaran peserta jambore tentang isu global seperti perdamaian dunia, lingkungan hidup, pengembangan lingkungan, Hak Asasi Manusia serta kesehatan.
 Juga scouting skill, teknologi dan budaya, aktifitas air, petualangan, jumpa alumni Jamnas dan Jamdun (jambore Dunia), upacara 17 Agustus, Festival Hari Kemerdekaan, Karnaval Budaya, Malam Kebudayaan, Festival Kuliner Nusantara, dan api unggun. (Humas)